Jumat, 03 Januari 2014

Matematika dan Al Qur'an

AL QURAN DAN MATEMATIKA

AL QUR’AN DAN MATEMATIKA : Bagian Pertama

Tulisan ini saya ringkas dari buku MATEMATIKA ALAM SEMESTA, Kodetifikasi Bilangan Prima Dalam Al Qur’an, oleh : Arifin Muftie

Tulisan yang sama dahulu saya postingkan di FORUM DISKUSI UMUM JAWABAN.COM, untuk rekan muslim dalam forum ini, saya rasa perlu juga untuk mengetahuinya dan berbagi pengetahuan.

Benarkah Bilangan Prima Merupakan Bahasa Universal Alam Semesta?

Bilangan prima dalam matematika diyakini merupakan salah satu misteri alam semesta, karena hingga era komputer sekarang ini pun, ia banyak dimanfaatkan sebagai sistem kodetifikasi (pengkodean, penyandian) berbagai hal yang penting dan rahasia. Di alam semesta, ia "diduga" menjadi bahasa universal yang dapat dipahami oleh semua makhluk berkecerdasan tinggi dan dipakai sebagai komunikasi dasar antar mereka. Bahkan sejak dahulu, sebagian ilmuwan meyakini adanya hubungan erat bilangan prima dengan desain kosmos.
Berdasarkan kajian mutakhir atas al-Qur'an, ditemukan bahwa Sang Pencipta al-Qur'an dan Alam Semesta menjaga dan memelihara Kitab Mulia ini, antara lain, dengan sistem kodetifikasi berbasis bilangan prima. Dengan memanfaatkan temuan sains modern dan kajian mutakhir para ilmuwan Muslim  terhadap al-Qur'an, buku ini mengajak pembaca menangkap isyarat-isyarat al-Qur'an yang tersembunyi dalam kodetifikasi bilangan prima.


Sepanjang sejarah peradaban manusia, buku yang paling banyak dibaca, sekaligus dipelajari, ditelaah dan direnungkan, tak pelak lagi, adalah al-Qur'an. Dari mata air hikmahnya, mengalirlah butiran dan tetesan ilmu. Bukan hanya ilmu keagamaan namun juga ilmu kealaman dan ilmu kemasyarakatan. Karena itu, apabila kita membuka lembaran sejarah ilmu Islam, kita menemukan ratusan, bahkan ribuan, ilmuwan Muslim. Di dalam sejarah Islam, pada Masa Klasik (abad ke-8 hingga ke13 M), kebanyakan ilmuwan Muslim tidak hanya menekuni satu bidang ilmu, karena pada masa itu tidak dibedakan antara ilmu agama dan ilmu umum. Karena itu, kita acapkali mendapati seorang ulama (ahli ilmu agama) sekaligus juga filosof atau ilmuwan (ahli ilmu kealaman, sosial, kedokteran), seperti Ibn Sina, al-Farabi, Ibn Rusyd, dan lain-lain.

Memang pada Abad Pertengahan (abad ke-13 sampai ke18) hingga modern Islam (mulai abad ke-19), ketika Eropa demikian bergairah mengembangkan ilmu-seraya mencampakkan agama [Kristen]-lalu mencetuskan Revolusi Industri, Dunia Islam hampir sama sekali tidak mampu mengembangkan ilmu. Tidak banyak ilmuwan lahir pada masa kegelapan itu. Dunia Islam terpuruk dalam berbagai keterbelakangan dan kejumudan. Produk ilmunya pun hanya bersifat "daur ulang" dan itu pun sebagian besar dalam bidang keagamaan. Praktek kehidupan kaum Muslim dicemari oleh bid'ah, khurafat dan takhayul.

Ketika kaum Muslim bersentuhan dengan Barat-meski dalam bentuk kolonialisme dan imperialisme-mata sebagian ulama dan pemikir Dunia Islam menjelang zaman modern mulai terbuka. Mereka merasa ada sesuatu yang hilang dari umat Islam selama ini hingga terbelakang dan terjajah. Sesuatu itu adalah ruh al-Qur'an. Sehingga kemudian lahirlah slogan "Kembali kepada al-Qur'an dan Sunnah" dan "Pintu Ijtihad Tidak Tertutup" dengan tujuan untuk menggali semangat dan jiwa Kitab Mulia umat Islam. Jadi, tidak seperti pada Abad Pertengahan, di mana al-Qur'an sekadar dibaca untuk mengharap pahala atau sebagai jimat, pada zaman modern, alQur'an kembali dikaji dan dijadikan sumber ilham dan pemikiran. Mulai banyak ulama dan pemikir yang mencoba mencari solusi bagi keterbelakangan Dunia Islam dengan menafsir-ulang al-Qur'an dan Sunnah. Beberapa nama dapat disebutkan di sini: Jamaluddin al-Afghani, Muhammad 'Abduh, Mohammad Iqbal, dan pada abad ke-20, Sayyid Quthb, Syed Hossein Nasr, dan Arkoun. Namun, di antara begitu banyak ulama dan pemikir itu, masih cukup langka ilmuwan Muslim yang-dengan kepakarannya dalam ilmu kealaman dan matematika-berusaha menemukan kesesuaian ayat-ayat Qur'aniyah dan ayat-ayat Kauniyah di alam semesta.

Syukurlah, sejak dekolonisasi Dunia Islam sekitar pertengahan abad ke-20, keadaan berubah. Dengan semakin banyaknya ilmuwan Muslim yang menguasai kepakaran dalam bidang sains modern dan matematika, kesesuaian ini semakin banyak digali dan ditemukan. Diskusi-diskusi dalam berbagai forum dan yang dilakukan melalui berbagai media dengan ilmuwan Barat, memungkinkan ilmuwan Muslim yang mempunyai basis pengetahuan Qur'aniyah cukup sekaligus sains modern yang baik mendapati banyak "titik temu" antara kedua jenis ayat Tuhan itu.

Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Matematika adalah bahasa Tuhan ketika Dia menulis alam semesta.
Galilea (1564-1642 M)


Bukan suatu keanehan bila sebagian besar ilmuwan berpendapat bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dengan kode-kode tertentu--struktur bilangan tertentu.1 Alam sendiri mcngajarkan kepada manusia tentang adanya periode-periode tertentu yang selalu berulang, terstruktur dan sistematis, misalnya, orbit Bulan, Bumi dan planet-planet, lintasan meteorit dan bintang-bintang, DNA, kromosom, sifat atom, lapisan bumi dan atmosfer, dan elemen kimia dengan segala karakteristiknya.

"Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran". (az-Zumar 39: 9).

Kitab Mulia al-Qur'an mengajarkan pembacanya bahwa "Tuhan menciptakan sesuatu dengan hitungan teliti' (al-Jinn 72: 28). Bahkan jumlah manusia yang akan datang menghadap Tuhan Yang Maha Pemurah, selaku seorang hamba pada hari yang telah dijanjikan (telah) ditetapkan dengan hitungan yang teliti (Maryam 9 : 93-94).

Dalam pandangan al-Qur'an, tidak ada peristiwa yang terjadi secara kebetulan. Semua terjadi dengan "hitungan", baik dengan hukum-hukum alam yang telah dikenal manusia maupun yang belum. Bagi Muslim yang beriman, tidak ada bedanya apakah al-Qur'an diciptakan dengan "hitungan" atau tidak, mereka tetap percaya bahwa kitab yang mulia ini berasal dari Tuhan Yang Esa. Pencipta (banyak) alam semesta, yang mendidik dan memelihara manusia. Namun bagi sebagian ilmuwan, terutama yang Muslim, yang percaya bahwa adanya kodetifikasi alam semesta, baik kitab suci, manusia maupun objek di langit, adalah suatu "kepuasan tersendiri" jika dapat menemukan hubungan-hubungan tersebut. Al-Qur'an adalah salah satu mahakarya yang diturunkan dari langit, untuk pedoman umat manusia, berlaku hingga alam semesta runtuh. Ia menggambarkan masa lalu, sekarang dan masa depan dengan cara yang menakjubkan. Prof. Palmer seorang ahli kelautan di Amerika Serikat mengatakan "Ilmuwan sebenarnya hanya menegaskan apa yang telah tertulis didalam al-Qur'an beberapa tahun yang lalu" .2

Walaupun begitu, tidak semua orang dapat memperoleh hikmah. Bagaimana pembaca bisa memahami keindahan alQur'an tanpa mengetahui ilmunya? Contoh yang paling sederhana adalah ayat 68-69 Surat Lebah atau an-Nahl, yang menceritakan aktivitas lebah "mendirikan sarang dan mencari makan".

Ayat tersebut menggunakan bentuk kata kerja femina, karena memang yang mencari makan dan membuat sarang adalah lebah betina. Lebah jantan diberi makan oleh lebah betina, bukan sebaliknya.3 Jangankan masyarakat di abad ke-7, masyarakat di abad ke-21 pun tidak tahu bagaimana cara membedakan lebah jantan dan lebah betina7 Terlebih, memahami bahwa lebah betinalah yang mencari makan, bukan sebaliknya. Jika Surat an-Nahl merefleksikan lebah betina dengan bentuk kata kerja femina. Lebah jantan digambarkan oleh al-Qur'an pada nomor suratnya, yaitu bilangan 16. Bilangan 16 ini adalah banyaknya kromosom lebah jantan, sedangkan jumlah kromosom lebah betina diketahui berjumlah 32.

Teknik-teknik seperti inilah yang disebut ilmuwan dengan coding isyarat-isyarat di alam semesta, atau-meminjam istilah Malik Ben Nabi 4 "tanda-tanda" atau ayat bagaikan "anak panah yang berkilauan".

"Hanya orang-orang yang berakal sajalah yang dapat menerima pelajaran". (ar-Ra'd 73: 19)

"Supaya Dia mengetahui bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-2 Tuhannya, sedang sebenarnya ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu." (al-_Jinn 72: 28).


Al-Qur'an berpandangan bahwa bacaan tersebut tersusun rapi, sempurna dan tidak ada yang ketinggalan. Ia dalam penggambarannya sangat unik. Nabi pun kadang-kadang dikritik dan ditegur dalam beberapa peristiwa. Al-Qur'an juga selalu menyisipkan ayat-ayat tertentu, seperti "intan yang berkilauan", dalam pelajaran metafisisnya. Ia mendesak pembaca agar menggunakan kemampuan intelektualnya, mengenali isyarat isyarat ilmiah berupa "intan yang berkilauan", tanda-tanda kebesaran Pencipta melalui alam semesta, sumber Metafisis Tertinggi. Muslim modern mengatakan ada sekitar 900 ayat yang memuat tanda-tanda ini, dari total 6.236 ayat. Hanya 100 ayat yang berbicara persoalan peribadatan, dan puluhan ayat yang membahas masalah-masalah pribadi, hukum perdata, hukum pidana, peradilan dan kesaksian.5 Al-Qur'an berbeda cara penyajiannya, bisa saja membahas masalah keimanan, moral, ritual, hukum, sejarah, alam, antisipasi masa mendatang, secara sekaligus dalam satu surat. Ini memberikan daya persuasi yang lebih besar, karena semua berlandaskan keimanan kepada Tuhan Yang Esa dan Hari Akhir. Jumlah surat dalam al-Qur'an ada 114, nama-nama tiap surat, batas-batas tiap surat dan susunan ayat-ayatnya merupakan ketentuan yang ditetapkan dan diajarkan oleh Nabi sendiri.

Setiap ayat, bahkan jumlah ayat atau kata, dan nama surat merupakan kebijakan abadi. Ia mempunyai beberapa lapisan pengertian, sesuai dengan tingkat ilmu pengetahuan manusia yang membacanya. Jumlah penyebutan kata-kata tertentu dalam al-Qur'an mempunyai,makna yang sangat dalam, dan baru dapat diketahui oleh pembaca jika ia mempunyai pengetahuan dan sains yang cukup luas.

AL-QUR’AN ADALAH MU’JIZAT.

Marilah kita memulai melihat Al Qur’an dan Matematika, dan kita nantinya akan berkesimpulan Al Qur’an adalah Mu’jizat!!!

QS.74.28 : Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan [1527].
QS.74.29 : (Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia.
QS.74.30 : Dan di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).
QS.74.31 : Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.


Al-Qur'an menjelaskan bahwa untuk menambah keimanan para pembaca kitab (Yahudi, Kristen, Islam, dan lainnya), maka ia memberikan kita "enkripsi" atau "kode" bilangan 19. Dalam bahasa al-Qur'an disebut "suatu perumpamaan yang sangat aneh", atau matsal. Berguna untuk menambah keimanan dan keyakinan bagi para pembaca yang serius, berpikir terbuka, dan beriman, tetapi menambah kebingungan bagi orang-orang yang berprasangka, tertutup dan "menentang" kitab.

Salah satu perumpamaan dari Allah adalah angka 19.
Jumlah surah , jumlah ayat dan jumlah juz dalam Al Qur’an adalah sbb :
Jumlah Surah sebanyak 114 surah, 6236 ayat dan 30 juz
Jumlah angka2 dari surah 1+2+3+4.+ dst......+114 = 6555

Ingatlah dengan benar angka2 : 19, 30, 114, 6236 dan 6555, angka2 ini sangat berarti dalam pembahasan selanjutnya.

Bilangan prima adalah dasar dari matematika, termasuk salah satu misteri alam semesta. Tidak pernah terbayangkan oleh manusia sebelumnya, sampai ditemukan bahwa bilangan prima juga merupakan dasar dari kehidupan alam, yang dengan usaha keras ingin dijelaskan oleh ilmu ini dalam sains. Pandangan orang umumnya mengatakan bahwa matematika hanyalah penemuan manusia biasa. Sebaliknya, beberapa pemikir masa lalu - Pythagoras, Plato, Cusanus, Kepler, Leibnitz, Newton, Euler, Gauss, termasuk para revolusioner abad ke-20, Planck, Einstein dan Sommerffeld-yakin bahwa keberadaan angka dan bentuk geometris merupakan konsep alam semesta dan konsep yang bebas (independent). Galileo sendiri beranggapan bahwa matematika adalah bahasa Tuhan ketika menulis alam semesta.1

Bilangan prima adalah bilangan yang hanya dapat habis dibagi oleh bilangan itu sendiri dan angka 1.
Contohnya : 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23 .... dst
Bilangan komposit adalah sisa dari bilangan prima, kecuali anka 1.
Contohnya : 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16,....dst
Bilangan prima kembar adalah bilangan prima yang angkanya berdekatan dengan selisih 2.
Contohya : (3,5) – (5,7) – (11,13) – (17,19) – (29,31)..... dst.

Salah satu angka yang dipandang misterius atau unik adalah angka 19. Meskipun Pythagoras, Euler dan Gauss telah lama memikirkannya, tetapi struktur komplek ini tetap juga belum diketahui jawabannya.

Cobalah kita buat urutan angka 1 s/d 19, kita akan menemukan :
> Bilangan ganjil : 1,3,5,7,9,11,13,15,17,19 = 10
> Bilangan genap : 2,4,6,8,10,12,14,16,18 = 9
> Bilangan Prima : 2,3,5,7,11,13,17,19 = 8

Ingatlah dengan benar angka2 : 10, 9 dan 8, angka2 ini sangat berarti dalam pembahasan kita selanjutnya.

Dr. Peter Plichta ahli kimia dan matematika dari Jerman3 berpendapat bahwa, tampaknya, semua formula matematika dan angka-angka berhubungan dengan dua kutub matematika alam semesta ini. Angka 81 spesifik karena melengkapi angka 19, (19 + 81= 100). Jumlah angka-angka tersebut adalah 19 = 1+ 9+8+1 = 19.

Bila kita analisis sedikit lebih lanjut, terdapat hubungan angka-angka tersebut dengan cara:

1:19 = 0,0526315789473684210526

Angka yang berulang secara periodik, berulang dengan sendirinya tepat pada digit ke-19 sesudah koma, dan, yang menarikjumlah dari angka-angka tersebut ( 0 + 0 + 5 + 2 + 6 + 3 + 1 + 5 + 7 + 8 + 9 + 4 + 7 + 3 + 6 + 8 + 4 + 2 + 1 ) adalah 81. !!!

Sekarang :

1:81 = 0,012345679012345679012345679012346

Lihatlah kemana angka 8?, padahal angka lainnya lengkap.

Hilangnya angka 8 ini bukan hasil dari “sim salabim”, akan tetapi lihatlah bilangan prima, urutan ke 8 dari bilangan prima adalah angka 19 !!! ajaib.

Dalam budaya Cina kuno, angka 8 melambangkan yat kwa, delapan penjuru angin, jalan menuju ke harmoni - keseimbangan kehidupan dengan alam sekelilingnya. Dalam al-Qur'an, angka 8 merupakan jumlah malaikat, force, yang menjunjung 'Arsy (Kursi, Singgasana), mengatur keseimbangan 'Arsy, yang bermakna power and authority dominion, baik sebelum maupun saat Kiamat (al-Haqqah 69 : 17). Sebagian mufasir, seperti Muhammad Abdul Halim, menerjemahkan 'Arsy dengan "Majelis Langit"4 atau "Wilayah Pemerintahan Kosmos". Wilayahnya tidak terbatas, "di bawah 'Arsy terdapat (unsur) air" (Hud 11 : 7). Berlimpah unsur hidrogen, elemen kimia yang paling ringan dari unsur air, H2O. Jauh lebih luas dari alam semesta yang diketahui.

Untuk sementara saya cukupkan dahulu tulisan Bagian Pertama ini, akan saya lanjutkan ke Bagian Kedua. Dalam bagian Kedua akan saya utarakan keajaiban angka2 :
19, 30, 114, 6236 dan 6555 dan angka2 lainnya dengan acuan ayat2 Al Qur’an.

Post edited by: gembala, at: 2006/05/05 20:19
Click here to see the profile of this user
The administrator has disabled public write access.



Re:Al Qur'an dan Matematika
gembala
Status: User
 
Date: 2006/05/06 19:22
  Karma: 0  

Bronze
Posts: 2
graphgraph

AL QUR’AN DAN MATEMATIKA : Bagian Kedua

Sebelum melanjutkan uraian bagian ini, perlu diketahui lebih dahulu angka prima yang banyak berkaitan dengan Al Qur’an adalah sbb :

2, 5, 7, 11, 17, 19, 29, 31, 41, 43, 47, 67, 113, 619.

Struktur matematis al-Qur’an sangat bervariasi, tetapi yang penting diperlihatkan adalah struktur bilangan prima kembar 19

Struktur Pertama :

Struktur pertama berhubungan dengan jumlah surat dan banyaknya juz dalam al-Qur'an. Jumlah surat di dalam al-Qur'an adalah 114 Angka 114 adalah angka ajaib, karena bilangan prima ke-114 adalah 619, dan 114 adalah (6 x 19). Bilangan 619 merupakan prima kembar dengan pasangan 617. Kita ketahui pula, isi al-Qur’ an terbagi dalam 30 juz. Angka 30 adalah bilangan komposit yang ke-19, yaitu: 4, 6, 8, 9,10,12,14, 15, 16, 18, 20, 27, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 30.

Struktur Kedua :

Ditemukan kode-kode tertentu sebagai pengawasan paritas. Sehingga isi yang diterima diyakini asli oleh "pembaca", dan tidak berubah.

Al-Qur'an terstruktur dalam bentuk 6 x (10 + 9), yaitu 60 surat dengan nomor ayat-ayat yang genap, dan 54 surat dengan nomor ayat-ayat yang ganjil. Contohnya adalah al-Fatihah (1) dengan 7 ayat berarti surat dengan ayat ganjil. Tetapi al-Baqarah (2) dengan 286 ayat merupakan surat dengan ayat genap.

Prof. Abdullah Jalghoom dari Yordania menemukan suatu ketentuan paritas dengan kondisi di atas; jumlah ke-60 surat dengan ayat-ayat genap adalah 3.450 atau (345 x 10) dan jumlah nomor surat ke-54 dengan ayat-ayat ganjil adalah 3.105 atau (345 x 9). Total jumlah nomor surat adalah 6.555 atau (345 x 19). Dari sisi matematis, bilangan tersebut adalah 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6+7+....+114=6.555.

Dengan demikian, nomor surat dan jumlah ayat-ayatnya tidak dapat dipertukarkan - jika tertukar - struktur di atas tidak berlaku. Misalnya, Surat al-Fatihah(1) ditukar tempatnya dengan Surat al-Baqarah(2) maka jumlah ayat-ayat yang genap menjadi 3.449 dan jumlah ayat-ayat yang ganjil menjadi 3.151.

Struktur Ketiga :

Parity check juga ditemukan dalam pembagian nomor surat dengan jumlah ayatnya-menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Al-Qur'an dengan 114 surat terbagi dua susunannya:

> 57 surat yang homogen, di mana nomor suratnya sama dengan jumlah ayat yang dikandungnya, yaitu genap-genap atau ganjil-ganjil Contoh Surat al-Fatihah atau "Pembukaari' dengan nomor surat 1 atau ganjil, jumlah ayat yang dikandungnya juga ganjil, yaitu 7 ayat. Contoh lain adalah Surat al-Baqarah atau "Sapi Betina". Nomor surat 2 atau genap, jumlah ayat 286 atau genap pula. Surat homogen ini, jumlah nomor surat dan jumlah ayatnya adalah 6.236, atau sama banyaknya dengan jumlah ayat al-Qur'an seluruhnya!

> 57 surat yang heterogen, di mana nomor suratnya berlawanan dengan jumlah ayatnya, yaitu genap-ganjil atau ganjil genap. Misalnya, Surat Ali'Imran, nomor surat 3 atau ganjil, jumlah ayat 200 atau genap. Jumlah nomor surat dan jumlah ayatnya adalah 6.555 atau sama dengan jumlah nomor surat dari 1 sampai dengan 114, (1+2+3+4+....+114). Dengan rumus sederhana:

(N+1)/2xN = 115/2x114 = 115x57 = 345 x 19 = 6.555

Bila kedua kelompok surat ini dijumlahkan, akan menghasilkan bilangan prima: 6.236 + 6.555 = 12.791, bilangan prima ke-1.525. Struktur ini merupakan enkripsi antara jumlah nomor surat dengan jumlah ayat al-Qur'an.

57 SURAT DAN AYAT HOMOGEN : (Nomor Surat=Jumlah ayat)

1=7, 2=286, 4=176, 9=129, 11=123, 13=43, 14=52, 15=99, 16=128, 17=111, 18=110, 22=78, 24=64, 25=77, 27=93, 28=88, 29=69, 30=60, 32=30, 33=73, 34=54, 35=45, 38=88, 39=75, 43=89, 45=37, 56=96, 57=29, 58=22, 63=11, 64=18, 66=12, 68=52, 70=44, 72=28, 74=56, 78=40, 80=42, 81=29, 87=19, 88=26, 90=20, 91=15, 93=11, 94=8, 97=5, 98=8, 101=11, 102=8, 103=3, 105=5, 106=4, 107=7, 111=5, 112=4, 113=5, 114=6.

Jumlah angka surat = 3.303, jumlah angka ayat = 2.933, Total = 6.236.

57 SURAT DAN AYAT HETEROGEN : (Nomor Surat=Jumlah ayat)


3=200, 5=120, 6=165, 7=206, 8=75, 10=109, 12=111, 19=98, 20=135, 21=112, 23=118, 26=227, 31=34, 36=83, 37=182, 40=85, 41=54, 42=53, 44=59, 46=35, 47=38, 48=29, 49=18, 50=45, 51=60, 52=49, 53=62, 54=55, 55=78, 59=24, 60=13, 61=14, 62=11, 65=12, 67=30, 69=52, 71=28, 73=20, 75=40, 76=31, 77=50, 79=46, 82=19, 83=36, 84=25, 85=22, 86=17, 89=30, 92=21, 95=8, 96=19, 99=8, 100=11, 104=9, 108=3, 109=6, 110=3.

Jumlah angka surat = 3.252, jumlah angka ayat = 3.303, Total = 6.555

Total angka surat = 3.303 + 3.252 = 6.555
Total angka ayat = 2.933 + 3.303 = 6.236

Struktur Keempat :


1:81 = 0,012345679012345679012345679012346

Lihatlah kemana angka 8?, padahal angka lainnya lengkap.Ada 3 kali angka 8 “hilang”, dan lihatlah kombinasi angka 3 dan 8, dibawah ini.

Berpasangan sempurna dan simetris. Pemilihan angka 114 sangat luar biasa. Angka 114 kita bagi menjadi 3 bagian, kita akan mendapatkan jumlah surat yang sama banyaknya, yaitu masing-masing 38 surat. Partisi kiri dan kanan, atau kelompok 1 dan 3, jumlah nomor surat menghasilkan bilangan,yang simetris sempurna sama banyaknya, dan merupakan kelipatan 19, yaitu (19 x 114). Sedangkan partisi tengah menghasilkan bilangan kelipatan 19, yaitu (19 x 117). Partisi sebelah kiri adalah bilangan yang dapat dibagi habis oleh 2, tetapi bila bilangan tersebut juga dapat dibagi oleh angka 3, maka ia masuk ke partisi tengah. Sedangkan partisi kanan, adalah bilangan yang tidak dapat dibagi 2 dan atau 3, atau juga merupakan sisanya. Lebih detail, dijelaskan dalam Tabel berikut ini :

> Dapat dibagi 2 dan tidak dapat dibagi 3

38 surat bernomor: 2, 4, 8, 10, 14, 16, 20, 22, 26, 28, 32, 39, 38, 40, 44, 46, 50, 52, 56, 58, 62, 64, 68, 70, 74, 76, 80, 82, 86, 88, 92, 94, 98, 100, 104, 106, 110, 112.

Jumlah angka = 2.166 = (19 x 114)

> Dapat dibagi 2 dan dapat dibagi 3

38 surat bernomor: 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36, 39, 42, 45, 48, 51, 54, 57, 60, 63, 66, 69, 72, 75, 78, 81, 84, 87, 90, 93, 96, 99, 102, 105, 108, 111, 114.

Jumlah angka = 2.223 = (19 x 117)

> Tidak dapat dibagi 2 dan tidak dapat dibagi 3

38 surat bernomor: 1, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 25, 29, 31, 35, 37, 41, 43, 47, 49, 53, 55, 59, 61, 65, 67, 71, 73, 77, 79, 83, 85, 89, 91, 97, 95, 101, 103, 107, 109, 113.

Jumlah angka = 2.166 = (19 x 114)

Struktur Kelima

Dari 114 surat, hanya ada 19 surat jika dijumlahkan angka surat dan angka ayat menghasilkan bilangan prima.

Nomor urut > Nomor Surat + Jumlah ayat = Angka Prima

1>8+75=83, 2>44+59=103, 3>49+18=67, 4>52+49=101, 5>54+55=109, 6>59+24=83, 7>60+13=73, 8>62+11=73, 9>67+30=97, 10>76+31=107, 11>77+50=127, 12>82+19=101, 13>85+22=107, 14>86+17=103, 15>92+21=113, 16>95+8=103, 17>99+8=107, 18>104+9=113, 19>110+3=113.

Struktur Keenam :

Jumlah 19 surat yang pertama dari surat dengan jumlah ayat-ayat bilangan prima merupakan kelipatan 19 sebagaimana ditunjukkan di bawah ini.

Nomor urut > Nomor Surat = Jumlah ayat Angka Prima

1>1=7, 2>10=109, 3>13=43, 4>26=227, 5>33=73, 6>36=83, 7>42=53, 8>43=89, 9>44=59, 10>45=37, 11>48=29, 12>57=29, 13>60=13, 14>62=11, 15>63=11, 16>76=31, 17>81=29, 18>82=19, 19>86=17.

Jumlah ayat angka prima = 969 > (19 x 51)

Struktur Ketujuh :

Al-Qur'an juga terbagi dua, 29 urat dengan sisipan huruf di permulaan surat (fawatih), suatu kombinasi misterius dari abjad, seperti nun, shad, alif lam. Semuanya ada 14 huruf Arab yang telah digunakan. Kombinasi-kombinasi huruf itu merupakan awalan, dengan 2 surat pengecualian, hanya pada surat Makiah. Angka 29 adalah bilangan prima, bilangan ke-10. Sisanya 85 surat, dengan faktor prima 5 dan 17, tidak mempunyai sisipan huruf. Berhubungan dengan perintah shalat, 5 kali sehari berjumlah 17 raka'at.

Dari 29 surat yang mempunyai sisipan ini, terstruktur sebagai berikut:

19 surat di mana kombinasi hurufnya merupakan ayat tersendiri. Contohnya adalah Surat al-Baqarah, surat nomor 2. Sisanya, 10 surat, hurufnya bukan merupakan ayat tersendiri.

19 surat di mana nomor suratnya bukan bilangan prima. Contohnya, Surat Thaha , surat nomor 20. Sisanya,10 surat, bernomor bilangan prima: 2, 3, 7, 11, 13, 19, 29, 31, 41, dan 43. Coba perhatikan, surat 19 ditempatkan pada urutan nomor 6 dari urutan bilangan prima pada 10 surat tadi, artinya (6 x 19 =114), sama banyaknya dengan jumlah surat al-Qur'an. Jumlahnya pun: 2+3+7+11+13+19+29+31+41+ 43 = 199, 199 merupakan bilangan prima kembar, bilangan prima ke-46.

Surat 19 , Maryam, merupakan surat yang ke-10 dari 29 surat ini.
Nomor urut = Nomor surat = Jumlah ayat = Huruf sisipan (fawatih)

1 = 2 = 286 = Alif, Laam, Miim
2 = 3 = 200 = Alif, Laam, Miim
3 = 7 = 206 = Alif, Laam, Miim, Shaad
4 = 10 = 109 = Alif, Laam, Raa
5 = 11 = 123 = Alif, Laam, Raa
6 = 12 = 111 = Alif, Laam, Raa
7 = 13 = 43 = Alif, Laam, Miim, Raa
8 = 14 = 52 = Alif, Laam, Raa
9 = 15 = 99 = Alif, Laam, Raa
10 = 19 = 98 = Kaaf, Ha, Yaa, ‘Ain, Shaa
11 = 20 = 135 = Taa, Haa
12 = 26 = 227 = Taa, Siin, Miim
13 = 27 = 93 = Taa, Siin
14 = 28 = 88 = Taa, Siin, Miim
15 = 29 = 69 = Alif, Laam, Miim
16 = 30 = 60 = Alif, Laam, Miim
17 = 31 = 34 = Alif, Laam. Miim
18 = 32 = 30 = Alif, Laam, Miim
19 = 36 = 83 = Yaa, Siin
20 = 38 = 88 = Shaad
21 = 40 = 85 = Haa, Miim
22 = 41 = 54 = Haa, Miim
23 = 42 = 53 = Haa, Miim, ‘Ain, Siin, Qaaf
24 = 43 = 89 = Haa, Miim
25 = 44 = 59 = Haa, Miim
26 = 45 = 37 = Haa, Miim
27 = 46 = 35 = Haa, Miim
28 = 50 = 45 = Qaaf
29 = 68 = 52 = Nuun

Coba perhatikan susunan surat pada tabel sebelumnya. Surat al-'Ankabut atau "Laba-laba", terletak di posisi tengah, dengan nomor surat 29. Sebelumnya terdapat 14 surat fawatif dan sesudahnya juga terdapat 14 surat fawatih. Surat fawatih ini mulai dari surat nomor 2, al-Baqarah, sampai dengan nomor 68, Surat al-Qalam. Posisi ini simetris murni. Lebih lanjut, surat ke-5 dari tengah (15) adalah surat nomor 19, dan surat ke-5 setelahnya adalah surat nomor 38, atau (2 x 19). Perhatikan pula, dari Surat Maryam nomor 19 sampai akhir, ada 19 surat fawatih. Demikian pula, sebelum Surat Shad nomor 38, terdapat 19 surat fawatih.

Struktur atau bentuk (10 + 19) surat-surat ini makin jelas, karena baik Surat Maryam maupun Surat Shad sama-sama terletak di posisi nomor 10, dari urutan depan dan dari urutan belakang.

APAKAH NABI MUHAMMAD MENGATUR SEMUA ITU?

Profesor Bassam Jarrar8 menemukan bahwa, selain pengaturan jumlah huruf-huruf sisipan tadi, turunnya surat teratur berdasarkan nomor urutan dan jumlah huruf sisipan.

> Surat al-Qalam, bernomor 68, adalah surat pertama fawatih yang turun dengan sisipan huruf Nun. Fawatih ini tidak diulangi (hanya satu kali), karena berikutnya surat 50, Qaf, dengan huruf qaf. Diulang kedua kalinya pada ayat pertama surat 42, asy-Syura. Di sini menariknya: surat ketiga yang muncul adalah surat nomor 38, Shad, dengan huruf fawatih shad. Diulang hingga tiga kali pula, yaitu ayat pembukaan pada surat nomor 7 dan nomor 19. Lalu, apa artinya? Artinya, turun pertama kali, nun dipakai satu kali. Turun kedua, qaf dipakai 2 kali. Turun ketiga, shad, dipakai 3 kali.

> Di antara surat fawatih, surat nomor 2 sampai dengan surat nomor 68, terdapat 38 surat bukan fawatih, atau (2 x 19)! Lebih lanjut, bilangan 38 ini sama dengan kemunculan huruf fawatih: Alif, Lam, Mim, dan sebagainya.

Jumlah pemunculan huruf sisipan (fawatih)

1. Alif, Laam, Miim = 8
2. Alif, Laam, Miim, Shaad = 1
3. Alif, Laam, Raa = 6
4. Alif, Laam, Miim, Raa = 1
5. Kaaf, Ha, Yaa, ‘Ain, Shaad = 1
6. Taa, Haa = 1
7. Taa, Siin, Miim = 2
8. Taa, Siin = 3
9. Yaa, Siin = 1
10. Shaad = 1
11. Haa, Miim = 7
12. Haa, Miim, ‘Ain, Siin, Qaaf = 1
13. Qaaf = 2
14. Nun = 1

Jumlah pemunculan = 38 > (2x19)

Coba perhatikan surat-surat fawatih ini. Mereka disusun sangat unik, simetris satu sama lain, dan surat nomor 29 diletakkan di tengah-tengah 29 surat.

Dengan kata lain 114 surat al-Qur'an ditandai dengan 19 surat yang membentuk bilangan prima-jumlah nomor surat dan ayatnya. Ditandai pula dengan 29 surat fawatih, di mana dalam 29 surat itu di-enkripsi dengan 19 surat lagi berupa huruf fawatih yang merupakan ayat tersendiri. Simetris sempurna karena surat bernomor 29 diletakkan di tengah diapit simetris oleh surat 19 dan surat bernomor 38 atau (19 x 2). Sedangkan sisanya 85 surat, (17 x 5), adalah hasil kali dua bilangan prima kembar berhubungan dengan shalat. "Kebetulan" kata Allah yang ke-19 berdampingan dalam satu ayat dengan kata shalat yang ke-17 dalam Surat an-Nisa' ayat 103, bukan surat fawatih (dijelaskan dalam Bab Shalat).

Kita lihat juga dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk kombinasi huruf fawatih ada 14 bentuk, sama dengan huruf Arabnya, yaitu sisipan dari: Nun, Qaf, Haa, Sin, Ta, 'Ain, Ya, Ha, Kaf, Ra, 'Shad, Mim, Lam, Alif.

Surat al-'Ankabut: Penengah, Sistem Heksagonal, Gelembung Alam Semesta

Surat nomor 29, al-'Ankabut atau Laba-laba, atau surat penengah, karena terletak di tengah-tengah surat fawatih, urutan ke-15. Berjudul laba-laba karena dalam surat ini terdapat hanya satu ayat yang menceritakan "rumah laba-laba", yaitu pada ayat 41.

"Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah labalaba" (al-'Ankabut 29 :41).

Lalu mengapa al-Qur'an menunjuk rumah laba-laba sebagai perumpamaannya?

Dalam matematika, bilangan 29 adalah bilangan prima kembar dengan pasangan 31. Bagian paling menarik dari surat ini adalah hubungan antara "rumah laba-laba" yang berbentuk hexagonal atau bersudut 6 dengan bilangan prima kembar, serta hipotesis susunan (banyak) alam semesta.

Bentuk heksagonal, dengan segi 6 bersudut 60° adalah bentuk geometri yang paling efisien dalam memanfaatkan semua area yang ada, karena dengan volume yang sama tetapi didapat dengan jumlah keliling yang paling sedikit, dibandingkan bentuk segi lainnya9 - misalnya, segi 8 atau segi 5. Tidak heran pola heksagonal ini-menurut NASA - dapat ditemukan di mana-mana, di alam semesta, baik teratur (tertutup) maupun tidak teratur (terbuka), karena efisien. Misalnya, sarang labalaba, sarang (sel) lebah, molekul atom, sel surya, kabel serat optik, buah jeruk, dan kristal es yang membeku 10. Hipotesis dari para ahli kosmos di Inggris, misalnya, Sir Martin Rees: bentuk (banyak) alam semesta seperti tersusun dari dengan ukuran yang sama sebuah gelembung kecil yang dikelilingi 6 gelembung-gelembung lainnya-menjadikan bentuk yang paling kompak dengan pola heksagonal. Lalu mengapa angka 6? Ilmuwan matematika berpendapat bahwa umumnya kelipatan angka 6 selalu diikuti oleh bilangan prima baik sebelumnya atau sesudahnya. Bahkan beberapa di antaranya membentuk bilangan prima kembar yang istimewa; bilangan 29 dan 31, di tengahnya terdapat angka 30, (6 x 5). Bilangan 17 dan 19, di tengahnya angka 18, (6 x 3), dan bilangan 5 dan 7, di tengahnya angka 6. Bilangan lainnya adalah 41 dan 43, di tengahnya angka 42 (6 x 7). Susunan seperti ini, yang diyakini oleh sebagian besar ahli astrofisika sebagai susunan multi universes; yaitu 1+ 6. (satu di tengah, dikelililingi 6 lainnya).

Faktanya, Surat al-'Ankabut bernomor 29, pada ayat 41 (laba-laba): kedua-duanya adalah bilangan prima kembar, dengan angka yang diapit bilangan 30 dan 42, merupakan pola heksagonal pula atau sistematika angka 6.

Sehubungan dengan angka 41, kriptogram Frank Drake menggunakan kode 1271 garis : produk dari bilangan prima 31 dan 41. Peralatan ini dapat dipergunakan untuk memecahkan kode komunikasi antargalaksi, yang diterima dari sinyal-sinyal ETI, Extra Terrestrial Intelligent.11

Nah, sekarang pembaca mendapat pengertian baru, mengapa struktur jumlah surat al-Qur'an "kebetulan" merupakan rangkaian matematik (19 x 6), dengan koefisien angka 6, yang sebelumnya tidak terungkap. Sekali lagi, bilangan prima kembar 5 mewakili jumlah shalat dalam sehari, prima kembar 7 mewakili lapisan langit dan bumi (7lapisan dimensi/alam), 17 mewakili jumlah rakaat shalat,19 mewakili kalimat basmallah dan struktur al-Qur'an, dan 29 mewakili surat-surat fawatih. surat-surat lainnya menggunakan bilangan prima 31 dan 41, misalnya Surat ar-Rahman dengan bilangan 31 dan ayat di atas menggunakan bilangan 41. Semua mewakili bilangan prima kembar yang mengapit pola angka 6: 6, 12, 18, 24, 30, 36,....n.

Surat "Penengah" ini seolah-olah ingin menunjukkan rahasia alam semesta-dari pola heksagonal sarang laba-laba:

Sebagian besar astrofisikawan percaya bahwa susunan multi alam semesta ('alamin) mengambil pola heksagonal; di mana "gelembung (bubble) tengah" dikelilingi oleh "6 gelembung lainnya dengan ukuran sama". Susunannya kira-kira sama dengan ice flake, yang dibentuk oleh molekul air. Ini adalah gambaran yang paling mendekati - karena (multi) alam semesta belum dapat dibuktikan hanya diyakini oleh para ilmuwan dengan pengukuran gaya gravitasi di kosmos dan jalannya cahaya.12

Al-Qur'an yang disusun berdasarkan petunjuk Nabi Muhammad (taufiqi), tidak sesuai dengan urutan turunnya wahyu, ternyata mempunyai struktur yang spesifik. Penempatan surat, ayat, jumlah surat, jumlah ayat, semuanya tersusun sedemikian rupa sehingga kehilangan, bertambah atau tertukarnya ayat, apalagi tertukarnya surat, membuat kekacauan makna dan struktur tadi. Ini membuktikan bahwa al-Qur'an telah terkodetifikasi secara sempurna sejak 'azali

APAKAH NABI MUHAMMAD MENGATUR SEMUA ITU?

Untuk sementara saya cukupkan dahulu tulisan Bagian Kedua ini, akan saya lanjutkan ke Bagian Ketiga. Dalam bagian ketiga akan diuraikan “keajaiban Al Qur’an lainnya”

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar